Thursday, May 26, 2011

Waspadai Penyakit Biotik udang Windu



Ada beberapa jenis penyakit biotic yang dapat menyerang pada udang windu, antara lain penyakit bacterial, penyakit protozoa, microsporadia, dan akibat blooming plankton. Di bawa ini di uraikan beberapa jenis penyakit yang sering menyerang udang windu tersebut.
Penyakit Bakterial
Penyakit bacterial pada udang sangat banyak. Sedangkan pada umumnya penyakit ini dapat ini dapat di obati asal diketaui secara dini dan belum terjadi komplikasi. Sedangkan gejala syimptom dan pathology untuk penyakit bacterial pada udang dapat di kelompokkan sebagai berikut:
  1. Penyakit kulit dan luka-luka pada kulit (shell disease and shell trauma),
  2. Ekor gripis (tail not),
  3. Perubahan warna pada tubuh, ekor, otot, hepatopankreas dan lain-lain (color change in the body, tail, muscle, hepatopancreas, etc),
  4. Perubahan warna pada insang, kuning, coklat, merahdan hitam (color change in the gill),
  5. Pengikisan/erosi pada rostrum, sungut, dan ekor (erosion at tip of head, appendage and uropod),
  6. Lesi-lesi granulla pada kulit dan otot (grainlomatous lesion in the shel and muscle),
  7. Beberapa kerusakan pada jaringan organ tubuh (several damage in any organ).
Sedangkan pendekatan digonosis dapat di lakukan dengan cara:
  1. Pengecatan atau pewarnaan bakteri dan melihat dalam mikroskup perbesaran tinggi,
  2. Melakukan isolasi bakteri,
  3. Melihat kerusakan organ dan membuat preparat histopathology.
Penyakit Protozoa
Penyakit udang yang di sebabkan oleh infeksi protozoa sangat umum di jumpai, yaitu zoothamnium sp, vorticella sp, Epistylis sp, carchesium sp, dan eupheelota sp. Gejala yang mudah untuk di lihat adalah udang lumutan dan insang pada udang keruh agak kotor, kulit licin berlendir. Apabila di lihatdi bawah mikroskup dengan pembesaran udang akan tampak gambar-gambar yang jelas dan mudah untuk di bedakan antara spesies protozoa yang satu dengan yang lainya.
Pengujian dengan mikroskop dapat di ambil contoh dari kulit udang,rahang bawah (mandibula), kaki maxilapeid pertama atau insang pada udang yang terinfeksi oleh penyakit tersebut. Penyakit ini mudah untuk di obati dengan menggunakan formalin 10-15 ppm selama 30-60 menit dan kemdian dilakukan ganti air, tetapi apabila terjadi infeksi ikutan dengan bakteri berfilamen maka kondisi ini akan menjadi parah dan sulit di untuk obati, karena bakteri tersebut menyerang jaringan kulit tubuh udang dan terjadilah penyakit yang disebut dengan penyakit kulit pada tubuh udang (surface fouling).

Microsporadia
Penyakit udang yang disebabkan di sebabkan microsporida atau jamur,banyak di jumpai di lapangan. Misalnya infeksi oleh Agmosoma sp umumnya banyak di dapat di lapangan, sedangkan daur hidup dari Agmosoma sp masih belum di ketahui. Beberapa ahli berpendapat bahwa udang windu adalah induk sementara dari Agmosoma sp, tetapi kenyataanya akibat dari infeksi Agmosoma sp pada udang windu, tampak terlihat pada jaringan otot tubuh udang, sehingga menimbulkan luka yang melintang dan kerusakan jaringan yang mengakibatkan jaringan otot udang seperti kapas (cottonshrimp disease) atau milk shrimp disease atau white back shrimp disease. Pengobatan sangat sederhana dengan menggunakan preparat kimia Nystatine, tetapi sangat di sayangkan harga preparat kimia tersebut sangat mahal sehingga jarang di gunakan.
Pencegahan penyakit ini sangat sederhana, yaitu dengan jalan sering melakukan  ganti air dan menggunakan air yang bersih sehat serta tidak tercemar sajalah, sebagai sumber air yan akan dipasok kedalam tambak. Sehingga penggunaan reservoir atau tandon dapat di gunakan sebagai sarana pencegahan penyakit udang yang berperan besar dengan biaya yang murah.
Hakikatnya plankton sangat di butuhkan oleh udang, terutama untuk menciptakan situasi dan kondisi kehidupan habitat udang yang ideal. Hal ini di sebabkan karena udang adalah binatang nocturnal yang artinya binatang yang hidup takut dan peka terhadap cahaya.
Sehingga dalam tambak di butuhkan kepekatan plankton sehingga mencapai kecerahan (treansparasi) sedalam 25-30 cm, tetapi apabila kepekatan plankton menjadi pekat (blooming) dan transparancy mencapai < 20 cm maka di dalam tambak akan timbul banyak masalah yang sulit diatasi.
Apalagi apabila dalam perairan tambak sudah tercemar dengan jenis plankton biru (blue green algae atau cyanophyse),maka  keadaan tambak akan rawan, karena plankton tersebut dapat mengikat nitrogen dari udara yang kemudian dapat mengganggu siklus nitrogen perairan tambak dan tentunya hal ini akan berakibat fatal dan negative bagi pertumbuhan udang.
Selain itu, apabila jumlah phytoplankton yang mempunyai hijaudaun (clorophyl A) dalm jumlah banyak, menyebabkan fluktuasinya kandungan oksigen perairan pada malam dan siang hari, sehingga dalam hal ini di perlukan perhatian yang lebih rinci terhadap jumlah kincir dan tata letaknya.
Sedangkan jenis zooplankton misalnya kelompok diatomaae, terkadang dapat menyumbat insang udang, hal ini sering terjadi kasus blooming plankton.
Sedangkan jenis Coscinodiscus dan Nitzschia sering di jumpai pada perairan tambak dan menyebabkan pertumbuhan udang menjadi lambat karena jenis itu tidak dapat berenang dan berkulit silica.
Selain itu, di jumpai jenis plankton tertentu yang bisa di sebut denagn dinoflagellata yang pada stadium tertentu dari daur hidupnya melepaskan flagell-flagell yang dapat berenag sesuai dengan aliran air dan melepaskan racun-racun tertentu yang membahayakan kehidupan udang. Hal ini terjadi dalam perairan yang mempunyai tingkat salinitas yang tinggi dan dapat menyebabkan pasang merah (red tide), sedangkan jenis tersebut adalah: Pyrodinium sp, Alexandrium sp, Protogonyulax sp, Protoperindinim sp, dan Gymnodinium sp.       

0 comments:

Post a Comment

 
Powered by Blogger