Thursday, May 26, 2011

Manajemen Budidaya Udang Yang Berwawasan Lingkungan

PRINSIP

Prinsip sederhana dalam budidaya udang adalah upaya memelihara udang untuk kepentingan pruduksikan udang agar sesuaidengan kondisi yang tumbuh di alam sehingga udang dapat periode waktu yang relatif pendek. Sehingga  udang dapat mencapai hasil produksi udang yang maksimal dibutuhkan lia factor utama yaitu:
  1. Bibit udang yang berkualitas,
  2. Tempat atau kolam yang layak memenuhi syarat,
  3. Pakan harus tersedia dalam jumlah cukup, baik itu pakan alami atau pakan buatan hasil buatan dari pabrik pakan, 
  4. Manajemen budidaya udang yang berwawasan lingkungan, 
  5. Pengendalian dan pemberantasan hama penyakit.
Hakikatnya, kelima faktor tsb di atas saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainya. Petambak umumnya telah melakukan dengan baik kelima factor diatas, kecuali butir no 4. manajemen budidaya udang yang berwawasan lingkungan inilah yang kelak di jadikan ancangan strategis jangka panjang.

Mengapa hal ini dapat di jadikan acuan? Karena dalam kemanajemenanan pola ini akan di perolehbeberapa keuntungan, antara lain:
  1. Proses penuaan lahan berjalan sangat lambat, bahkan di beberapa tempat yang petambaknya melakukan pola ini terbukti bahwa daya dukung laha akan semakin baik, 
  2. Produktivitas udang lebih stabil dan mantap,
  3. Resiko kegagalan menjadi semakin kecil,
  4. Waktu pemeliharaan lebih pendek,
  5. Kualitas udang yang dihasilkan lebih baik,
  6. tingkat keuntungan berlangsung terus-menerus dalam waktu jangka lebih panjang dan lebih stabil.

MANAJEMEN
Upaya memulai manajemen ini sangat sederhana,yaitu: 1) Carilah lokasi tambak yang ideal dan kenalilah watak berikut karakter lingkungan maupun keadaan yang lain, misalnya;1.1) Keadaan tanah,1.2) Keadaan air dan kualitas air, apaka air tersedia cukup banyak atau tidan dan bagaimana kualitas air penyaunannya, tersedi sumber air tawar atau air asin atau tidak, dan bagaimana dengan tingkat pencemara linbah industri atau pertanian berupa pestisida atau tidak, 1.3) pengenalan watak dari pasang surut (eceanographi), 1.4)  Pengenalan fasilitas infrastruktur, misalnya: tersedia atau tidak fasilitas transportasi,listrik dan bagaimana keadaan masyarakat  disana karena hal tersebut meningkatkan keberhasilannya, 1.5) Mengenal dan keadaan dan kondisi tanah,bagaiman kualitasnya maupu rasio dari tekstur tanah, dan lain-lain, 2) Mantapkan budidaya yang akan dipilih,apakah pola budidayanya: 2.1) Tradisional, 2.2) Tradisional plus, 2.3) Semi intensif, 2.4) intensif, 2.5) Super intensif. Pilihlah pola budidaya sedini mungkin dan tidak boleh berubah ditengah jalan.
Karena pola budidaya yang benar merupakan dasar utama dalam budidaya udang yang berwawasan lingkungan, maka  pola budidaya udang yang dipilih harus sesuai dengan pontensi alam dan kemampuan alam untuk mendukung proses produksi, sehingga dalam hal ini tidak boleh memaksakan kehendak. Apabila hal tersebut di paksakan,maka potensi produksi akan berlangsung atau berjalan dalam waktu yang pendek dengan biaya yang mahal dan resiko yang tinggi.
Kemudian 3) Menetapkan target produksi dan mengatur daur budidayanya dengan cara mengelompokkan grup pemiliharaan berdasar jumlah kolam, taget produksi, dan daur pemeliharaan, 4) membuat desain kontrusi tambak dan tata letak tambak, yang berlandaskan kajian  yang terkandung dalam butir 1,2 dan 3.
Dalam pelaksanaan perlu dipertimbangkan luas dan tata letak tanah yang akan digunakansebagai tampat tendon air, tanah untuk kanal pemasukan, dan pengeluaran air.kemudian aturlah aliran air berdasarkan system gravitasi. Langah itu akan semakin sempurna bila air yang akan masuk ke dalam tendon telah melewati hamparan hutan mangrove dan demikian juga air pembuangan dari tambak keluar melalui hutan mangrove.
Langkah ini tampak masih janggal untuk di Indonesia, tapi kenyataanya di Selangor Malaysia dan Thailand penanaman pohon mangrove dilaksanankan oleh pemerintah dengan tujuan budidaya udang jangka panjang. Mereka menyadari sepenuhnya tentang kegagalan budidaya udang di Taiwan beberapa waktu yang lalu. Maka, kedua Negara tersebut  melakukan langkah pencegahan guna mempertahankan budidaya udang dalam jangka panjang.
Lalu, 5) menggunakan pakan udangdari pabrik yang terpercaya dan mengatur program pakan yang benar, 6) melakukan manajemen budidaya yang benar, misalnya: 6.1) melakukan penebaran kepadatan benur sesuai pola budidaya yang di pilih, jangan terlalu berlebihan missal: untuk pola intensif dengan kepadatan 30-40 ekor/m2, 6.2) Melakukan pengujian para meter kualitas secara berkala, missal: pH, DO, nitrat-nitrit, amoniak dll., 6.3) mengamati warna air dan melakukan system pergantian air  secara benar dan berkala, 6.4) Mengamati laju pertumbuhan setiap minggu dengan cara melakukan sampling udang dan melakukan penimbangan guna mengetahui laju pertumbuhan harian, 6.6) mengamati dan mengendalikan aliran air dengan mengatur tata letak kincir, 6.7) mengangkat klekap yang mati atau plankton yang mati setiap hari dan tidak boleh menunggu bahan-bahan organic yang mati akan tenggelam kembali ke dasar tambak karena hal ini menyebabkan rusak atau tercemarnya dasar tambak oleh bahan organic tersebut, 7) melaksanakan pengaturan manajemen manusia sebagai sumber daya yang harus di kelola secara baik dan benar dengan kompensasi atau imbalan yang memadahi, sehinggai sumberdaya akan dapat lebih produktif dan lebih bermanfaat guna kepentingan semua pihak.
Pola pendidikan atau pelatihan praktis sangat diperlukan dan harus dilakukan terus-menerus, karena keberhasilan budidaya udang yang berwawasan lingkungan di tentukan oleh dua hal, yaitu: 7.1) manusia dan 7.2) teknologi budidaya. 

0 comments:

Post a Comment

 
Powered by Blogger